Lamongan — Suasana penuh semangat menyelimuti Dusun Lawan, Desa Kedungwangi, Kecamatan Sambeng, Lamongan, Senin (28/4/2025). Sejak pagi, warga telah bersiap meramaikan tradisi tahunan Sedekah Bumi, sebuah wujud syukur kepada Tuhan atas hasil bumi dan keselamatan kampung mereka.
Tepat pukul 09.00 WIB, pawai budaya dimulai. Anak-anak dari PAUD hingga SD, lengkap dengan berbagai kostum kreasi, berjalan beriringan dari Balai Desa Kedungwangi menuju Sendang Dusun Lawan. Barisan pawai makin semarak dengan iringan musik Reog yang menggema, membuat warga yang menyaksikan tak henti-hentinya bersorak riang.
Sesampainya di Sendang sekitar pukul 10.30 WIB, pertunjukan Reog kembali mengguncang panggung sederhana yang telah disiapkan. Dengan atraksi enerjik dan gemulai, para pemain Reog mengundang decak kagum warga yang memadati area tersebut.
Memasuki tengah hari, sekitar pukul 12.00 WIB, semua warga berkumpul membawa ambeng—nasi berkat berisi aneka lauk—untuk mengikuti doa bersama. Dipimpin oleh tokoh masyarakat, mereka memanjatkan doa-doa penuh harap: untuk keselamatan, kemakmuran, dan kebersamaan yang terus terjaga di Dusun Lawan.
Selepas doa, suasana kembali cair dengan hiburan campursari dan tarian remo. Musik tradisional mengalun santai di bawah rimbun pepohonan, mengundang warga untuk bernyanyi dan bergoyang bersama, sambil menikmati hidangan sederhana hasil gotong-royong.
Sore harinya, mulai pukul 15.30 WIB, pertunjukan wayang kulit menutup rangkaian acara. Anak-anak duduk berjejer di depan panggung, sementara orang tua menikmati kisah-kisah penuh petuah yang disampaikan sang dalang dengan penuh penghayatan. Nuansa keakraban dan kekeluargaan begitu terasa, seakan membalut Dusun Lawan dalam satu napas yang sama.
Di sela-sela acara, Sela seorang warga berbagi kesannya kepada wartawan.
“Alhamdulillah, seneng banget, Mas,” ujarnya penuh senyum. “Dari pagi suasananya udah rame, anak-anak pawai bawa kreasi-kreasi lucu, diiringi reog lagi. Ibu-ibu, bapak-bapak juga semangat nemenin. Terus sampai di sendang, reognya tampil lagi, tambah seru.”
Saat ditanya apakah sempat mengikuti doa bersama, ia mengangguk antusias.
“Iya, ikut. Bawa ambeng dari rumah, terus barengan sama warga lain kumpul di sendang. Doa bareng-bareng, minta keselamatan, rejeki lancar, pokoknya buat dusun kita biar tambah makmur,” tambahnya.
Tidak berhenti di situ, hiburan campursari dan tari remo juga mendapat sambutan hangat dari warga.
“Enak banget suasananya, adem, sambil makan-makan. Sore lanjut wayangan, banyak yang nonton juga, sampe anak-anak kecil pada duduk di depan panggung. Meriah pol!” katanya sambil tertawa kecil.
Harapan pun disampaikan untuk pelaksanaan Sedekah Bumi ke depan.
“Kalau bisa tahun depan tambah rame, mungkin ada lomba-lomba juga buat anak-anak biar makin semangat. Yang penting dusun kita tetap rukun, sehat, dan penuh rejeki,” pungkasnya.
Tradisi Sedekah Bumi ini menjadi bukti nyata bahwa kearifan lokal masih hidup dan berdenyut kuat di tengah masyarakat Dusun Lawan, mengukuhkan budaya sebagai pilar kebersamaan dan identitas desa.